Gowa, Celoteh.online – Jembatan Kembar di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, kembali menjadi sorotan setelah seorang perempuan berinisial RK (25) melompat ke Sungai Jeneberang pada Rabu sore, 22 Oktober 2025. Aksi nekat itu menghebohkan warga sekitar, namun beruntung korban berhasil diselamatkan tak lama setelah kejadian.

RK, warga Desa Bontojai, Kecamatan Parangloe, diketahui sempat menumpang ojek online dari Makassar menuju tempat kerjanya di Sungguminasa. Ia mengaku tidak sadar saat tiba-tiba berjalan ke arah Jembatan Kembar dan terjun ke sungai. Beruntung, sejumlah warga yang berada di lokasi dengan sigap memberikan pertolongan hingga nyawanya terselamatkan. Saat ini, RK menjalani perawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Syekh Yusuf Gowa.
(Gowa, Sabtu 25 Oktober 2025.)

Baca Juga : Munafri Gagas Festival Muara, Angkat Tradisi Jadi Atraksi Wisata

Kepala SPKT Polres Gowa, Ipda Ahmad Hari, membenarkan kejadian tersebut. Ia menyebut korban langsung dievakuasi ke rumah sakit usai diselamatkan warga. Polisi kini tengah mendalami motif di balik aksi nekat RK yang nyaris berujung tragis itu.

Peristiwa di Jembatan Kembar Gowa bukan yang pertama. Dalam satu dekade terakhir, jembatan ini telah mencatat sejumlah kejadian serupa. Sebelas hari sebelumnya, pada 11 Oktober 2025, seorang mahasiswa berinisial Nur Ichsan (21) ditemukan meninggal setelah terjatuh ke Sungai Jeneberang. Kecelakaan itu dikategorikan sebagai insiden tunggal karena korban diduga menabrak pembatas jembatan dengan sepeda motornya.

Rekaman peristiwa serupa juga pernah terjadi pada 2014, ketika seorang pria berinisial FU (30) mengakhiri hidupnya di lokasi yang sama. Lalu pada 10 Februari 2022, warga Tamarunang, Kecamatan Pallangga, CR, sempat berusaha melompat namun berhasil digagalkan warga. Bahkan pada 6 Maret 2024, seorang perempuan nyaris melakukan hal yang sama sebelum berhasil diselamatkan oleh anggota Sat Sabhara Polres Gowa, Bripda Afdal bersama rekannya.

Jembatan Kembar Gowa sendiri merupakan situs bersejarah yang sudah berdiri sejak awal abad ke-20. Dikenal juga dengan nama Jembatan Sungguminasa, bangunan ini dibangun antara tahun 1905 hingga 1911 oleh pemerintah kolonial Belanda. Awalnya, jembatan ini difungsikan sebagai jalur kereta api yang menghubungkan Makassar dengan wilayah pedalaman Gowa.

Baca Juga : Peringati Maulid Akbar Bersama Bosowa Corpindo, Munafri Ajak Wujudkan Makassar Aman dan Damai

Struktur jembatan yang kini terbagi menjadi dua sisi—timur dan barat—masing-masing memiliki panjang 174 meter dan terbuat dari beton kokoh. Jembatan sisi timur merupakan bagian asli peninggalan kolonial, sementara jembatan sisi barat adalah tambahan modern untuk mendukung akses kendaraan.

Sungai Jeneberang yang dibelah oleh jembatan ini memiliki panjang sekitar 75–80 kilometer, berhulu di Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang, lalu bermuara di Selat Makassar dekat kawasan Barombong dan Tanjung Bayang. Selain nilai sejarah, jembatan ini kini juga menjadi ikon visual Kota Sungguminasa dan jalur penghubung vital bagi aktivitas warga.

Namun di balik nilai sejarahnya, jembatan yang dibangun lebih dulu daripada Istana Balla Lompoa (1936) ini justru kerap menyimpan kisah pilu. Dari waktu ke waktu, lokasi tersebut kerap dijadikan tempat bagi warga yang mengalami tekanan hidup atau kehilangan harapan.

Pada 2019, sejumlah media lokal bahkan menyoroti fenomena meningkatnya peristiwa serupa di kawasan tersebut, sekaligus mengingatkan pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental masyarakat. Pemerintah daerah diminta memperhatikan sisi keamanan jembatan dan memperkuat fasilitas pencegahan agar kejadian serupa tidak terus berulang.
Disclaimer:

Baca Juga : Munafri Ajak Dewan Kesenian Bangun Narasi Budaya Jadi Daya Tarik Pariwisata Makassar

Kami menyajikan informasi ini dengan penuh kepedulian. Jika Anda atau orang di sekitar Anda sedang mengalami tekanan psikologis, depresi, atau memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup, jangan ragu untuk mencari bantuan.
Hubungi layanan darurat berikut:

Polisi: 110

Pemadam Kebakaran: 113

Basarnas: 115

Ambulan/Kemenkes: 119

BNPB: 117

Hotline Kesehatan Jiwa / Bantuan Bunuh Diri: RSKD Dadi Makassar — (0411) 873120 atau WhatsApp 0811-4440-0719.

Kontributor : Dwiki Luckinto Septiawan

celotehmuda