
Celoteh.online, Gowa – Laporan hilangnya lima warga Desa Bontolempangan, Kecamatan Bontolempangan, Kabupaten Gowa, pada Selasa (9/12/2025) menciptakan kepanikan di tengah keluarga dan masyarakat setempat. Kelima warga tersebut dilaporkan tidak kembali setelah mencari rotan di Hutan Pinus Maranne, sebuah kawasan hutan yang kerap digunakan warga untuk kegiatan ekonomi harian.
Informasi awal disampaikan keluarga korban pada Selasa pagi ketika lima warga—Dg Patto (55), Dg Ngaha (60), Ramalan (55), Sangnging (59), dan Amal (28)—pergi ke hutan untuk mengumpulkan rotan. Aktivitas itu bukan hal baru bagi mereka. Namun kali ini, waktu yang biasanya hanya berlangsung satu hari menjadi sebuah kejadian yang memicu mobilisasi aparat hingga tingkat kabupaten.
Baca Juga : Isu Polisi Menghilang, Kapolrestabes: Massa 3000 Orang, Peralatan Polisi Tak Memadai
Keluarga mulai merasa cemas ketika memasuki pukul 17.00 Wita tak satu pun dari mereka kembali. Kondisi ini semakin mengkhawatirkan karena sinyal komunikasi sulit diakses dalam kawasan Hutan Maranne. Keluarga pun segera melapor kepada Bhabinsa dan Bhabinkamtibmas Desa Bontolempangan. Laporan keluarga ini menjadi dasar pertama yang menggerakkan aparat desa dan warga untuk melakukan penyisiran pada area-area yang biasa dilalui pencari rotan.
Dalam laporan resmi polisi yang diterima kemudian, disebutkan bahwa kelima warga itu berangkat menuju “Hutan Pinus Marenne Rappodaeng” di Lingkungan Rappodaeng, Kelurahan Sapaya, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa. Laporan kepolisian juga mencatat identitas kelimanya, masing-masing sebagai warga Jambu Kaccia, Dusun Lemoa, Desa Bontolempangan.
Upaya pencarian di hari pertama dilakukan dengan kekuatan terbatas karena semakin sore kondisi hutan semakin gelap dan jarak pandang menurun drastis. Barulah pada malam hari, keluarga kembali menyampaikan laporan lanjutan bahwa lima orang tersebut masih belum pulang. Laporan itu masuk sekitar pukul 02.00 Wita pada Rabu (10/12/2025), sehingga pencarian harus ditingkatkan dari skala desa menjadi skala kecamatan hingga kabupaten.
Baca Juga : Liburan Sebelum Bertugas Berujung Tragis: Mahasiswi Unhas Hilang di Sungai Sapanna
Pihak kepolisian kemudian menerbitkan laporan bahwa lima warga tersebut masih dalam pencarian yang dilakukan oleh Tim Sar Gabungan BPBD Kab. Gowa dibantu oleh TNI Pos Bontolempangan dan Kepolisian Sektor Bungaya. Kondisi ini mendorong pemerintah daerah untuk langsung turun tangan.
Kapolres Gowa, AKBP M. Aldy Sulaiman, S.I.K., M.Si., menjelaskan langkah-langkah respons cepat yang diambil aparat. “Membentuk tim Gabungan Polres Gowa, Satbrimob Polda Sulsel dan Pemda Gowa yang dipimpin langsung oleh Kapolres Gowa bersama Wakil Bupati Gowa,” ujarnya dalam laporan resmi.
Selain pembentukan tim gabungan, aparat daerah dan kepolisian menggelar rapat koordinasi yang dipimpin Wakil Bupati Gowa. Rapat itu dihadiri Kajari Gowa, pimpinan Bank BRI, para pejabat utama Polres Gowa, serta Danton SAR Brimob Polda Sulsel. Hal ini menunjukkan skala perhatian yang diberikan terhadap hilangnya lima warga tersebut.
Tidak berhenti di sana, Polres Gowa menggelar apel kesiapan operasi pencarian. “Melakukan apel kesiapan personel operasi pencarian korban yang hilang bertempat di halaman Mako Polres Gowa dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Gowa, kemudian melepas personel gabungan operasi pencarian korban yang hilang ke Kecamatan Bungaya Kab. Gowa,” tulis laporan kepolisian.
Baca Juga : Detik-Detik Air Bah Terjang Sungai Sapanna, Pelajar Diduga Hilang Diseret Arus
Pada hari yang sama, titik terang mulai muncul. Tim gabungan yang menyisir lebih dalam menemukan empat korban—*Dg Patto, Ramalan, Sangnging, dan Amal—di kawasan Balla Borong, Lingkungan Kareta, Kelurahan Sapaya, Kecamatan Bungaya. Sementara *Dg Ngaha berhasil keluar lebih dulu melalui jalur berbeda dan ditemukan warga di Kampung Kaccia, Desa Bontolempangan.
Pihak kepolisian mengungkap dugaan penyebab insiden tersebut. “Dugaan terjadinya warga Kec. Bontolempangan yang hilang di hutan di sebabkan karena mereka tersesat dan kemalaman sehingga perjalanan yang biasa mereka tempuh biasanya 1 hari menjadi 2 hari itupun jalan keluar dari hutan tidak melalui jalur yang dilalui pada saat masuk ke hutan,” ungkap Kapolres Gowa.
Faktor lain yang memperburuk situasi adalah tidak adanya perbekalan memadai. “Tidak adanya persiapan peralatan maupun makanan untuk masuk kedalam hutan sehingga memicu kondisi fisik korban melemah dan sulit untuk menemukan jalan keluar,” lanjutnya.
Setelah ditemukan, para korban segera dievakuasi ke Puskesmas untuk diperiksa secara medis. Kondisi mereka dilaporkan lemah namun stabil. Mereka kemudian dibawa ke Posko Pencarian Desa Bontolempangan untuk bertemu kembali dengan keluarga yang sudah menunggu sejak malam sebelumnya.(*)

Tinggalkan komentar