Oleh : Sudianto _ Owner bp CarWash (coffee and Eatery)

Mewujudkan sebuah kabupaten sehat bukan hanya soal membangun fasilitas kesehatan atau menyediakan layanan medis yang memadai. Lebih dari itu, kabupaten sehat adalah gambaran sebuah daerah yang mampu menciptakan lingkungan hidup layak, masyarakat yang produktif, serta tata kelola pembangunan yang berorientasi pada keberlanjutan. Namun, cita-cita besar ini tidak bisa dilepaskan dari realitas tantangan ekonomi yang kerap membayangi banyak daerah di Indonesia.
Di satu sisi, kabupaten sehat menuntut komitmen besar dalam menjaga kualitas lingkungan, penyediaan air bersih, sanitasi yang layak, edukasi kesehatan masyarakat, hingga penguatan layanan primer. Tetapi di sisi lain, kondisi ekonomi lokal seringkali belum cukup kuat untuk menopang upaya tersebut. Pendapatan daerah yang terbatas, ketergantungan pada sektor tertentu, dan belum meratanya lapangan kerja dapat menjadi hambatan signifikan. Ketika ekonomi daerah melemah, maka alokasi anggaran untuk bidang kesehatan, infrastruktur dasar, maupun peningkatan kualitas hidup masyarakat ikut tertekan.
Tantangan ekonomi ini juga terlihat dari dinamika perubahan pola konsumsi masyarakat, rendahnya literasi finansial, hingga daya saing UMKM yang masih perlu diperkuat. Kabupaten yang ingin sehat harus memiliki masyarakat yang sejahtera dan mandiri secara ekonomi. Sebab kesehatan tidak hanya ditentukan oleh fasilitas medis, tetapi juga oleh stabilitas ekonomi keluarga. Ketika masyarakat memiliki pendapatan yang layak, mereka lebih mampu menjaga pola hidup sehat, memanfaatkan layanan kesehatan, serta berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan aman.
Karena itu, visi kabupaten sehat semestinya dibangun seiring dengan strategi penguatan ekonomi lokal. Pemerintah daerah perlu memperluas ruang produktivitas masyarakat melalui inovasi sektor pertanian, pengembangan industri kreatif, digitalisasi layanan UMKM, dan investasi pada sumber daya manusia. Sinergi antara pembangunan ekonomi dan kesehatan akan menciptakan efek ganda—daerah lebih berdaya saing, masyarakat lebih sejahtera, dan kualitas hidup meningkat secara menyeluruh.
Namun, tantangan lainnya datang dari kesenjangan antarwilayah dalam satu kabupaten. Banyak desa atau kelurahan yang masih tertinggal dalam hal akses kesehatan dan peluang ekonomi. Ketimpangan ini harus dikelola dengan kebijakan pembangunan yang inklusif. Program penurunan stunting, pengentasan kemiskinan, hingga pengembangan infrastruktur yang merata menjadi kunci agar seluruh wilayah dapat merasakan manfaat pembangunan secara seimbang.
Selain itu, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan juga memberikan tekanan besar terhadap upaya menuju kabupaten sehat. Banjir, kekeringan, hingga penurunan kualitas udara bisa berdampak langsung pada kondisi kesehatan masyarakat sekaligus memengaruhi produktivitas ekonomi, khususnya sektor pertanian dan perdagangan. Pemerintah daerah perlu mendorong kebijakan adaptasi lingkungan dan mitigasi bencana sebagai bagian dari strategi kesehatan dan ekonomi.
Pemberdayaan komunitas lokal menjadi salah satu strategi yang tidak boleh diabaikan. Ketika masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan lingkungan, pengawasan kesehatan, dan penguatan ekonomi, maka kolaborasi sosial bisa menjadi energi besar untuk keberhasilan pembangunan. Kader kesehatan, kelompok tani, UMKM, organisasi kepemudaan, hingga komunitas kreatif dapat menjadi mitra strategis pemerintah dalam memperkuat ketahanan daerah.
Terakhir, membentuk kabupaten sehat membutuhkan komitmen jangka panjang— bukan hanya keputusan anggaran tahunan atau program seremonial. Dibutuhkan keberlanjutan kebijakan, konsistensi implementasi, serta keberanian mengambil terobosan yang berpihak pada masyarakat. Jika ekonomi tumbuh dan kesehatan masyarakat terjaga, maka kabupaten tidak hanya sekadar menjadi wilayah administratif, tetapi rumah besar yang benar-benar menyehatkan lahir dan batin bagi warganya. (*)

Tinggalkan komentar