
Oleh: Yusuf Firmansyah
(Pemerhati Kebijakan Publik)
Sebagai seorang ayah dari dua anak yang masih duduk di bangku sekolah, saya memiliki pandangan ganda terhadap masa depan bangsa: sebagai orang tua yang ingin yang terbaik bagi buah hati, dan sebagai pemerhati kebijakan publik. Kedua anak saya kini termasuk penerima manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pengalaman langsung ini membuktikan bahwa MBG bukan sekadar program populis, melainkan investasi strategis paling fundamental menuju cita-cita besar: Indonesia Emas 2045.
Mempertaruhkan Visi 2045
Visi Indonesia Emas 2045 adalah menghasilkan generasi emas, yaitu SDM yang unggul dan memiliki daya saing global. Kita tidak akan pernah mencapai puncak bonus demografi jika generasi mudanya dibebani oleh masalah gizi kronis, seperti stunting, anemia, atau bahkan kekurangan gizi yang menyebabkan lesu dan sulit konsentrasi. MBG hadir sebagai jalan tol cepat untuk memastikan pondasi fisik dan kognitif generasi ini terbangun optimal.
Saya mengamati perubahannya sendiri. Sebelum MBG, anak-anak saya sering terlihat kurang bertenaga saat pulang sekolah, bahkan terkadang mengeluh pusing di siang hari. Sejak mereka mendapatkan asupan makanan bergizi terukur di sekolah, perubahan terlihat nyata: mereka lebih fokus saat belajar, lebih aktif di kegiatan sekolah, dan yang paling membanggakan, nilai-nilai mereka cenderung stabil dan meningkat. Gizi yang memadai adalah bahan bakar bagi otak yang sedang tumbuh.
Memutus Rantai Malnutrisi
MBG berfungsi sebagai intervensi gizi krusial di usia sekolah. Program ini melengkapi upaya pencegahan stunting di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Dengan memastikan anak-anak mendapatkan menu gizi seimbang setiap hari, kita secara efektif memutus mata rantai malnutrisi yang bisa diturunkan dari generasi ke generasi. Ini adalah langkah preventif kesehatan masyarakat yang jauh lebih murah daripada mengobati dampak stunting di masa depan.
Selain dampak fisik dan kognitif, program ini juga berperan dalam pembentukan karakter. Proses makan bersama di sekolah mengajarkan disiplin, kebersihan, antre, dan adab makan yang baik. Hal ini juga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan mengurangi kesenjangan sosial antar siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang lebih suportif.
Bagi jutaan keluarga Indonesia, termasuk yang berada di ambang ekonomi rentan, MBG adalah jaring pengaman sosial yang vital. Program ini meringankan beban finansial orang tua secara signifikan. Uang belanja harian yang tadinya harus dialokasikan untuk bekal makan anak, kini dapat dialihkan untuk kebutuhan pendidikan lain, seperti buku, seragam, atau bimbingan belajar tambahan. Ini adalah subsidi langsung yang sangat terasa manfaatnya.
Program MBG didesain untuk tidak hanya memberi manfaat pada siswa, tetapi juga pada perekonomian daerah. Dengan mewajibkan pembelian bahan baku dari petani, peternak, dan UMKM lokal di sekitar sekolah (konsep Home-Grown School Feeding), dana APBN yang dialokasikan akan berputar di daerah. Ini adalah stimulus ekonomi kerakyatan yang menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan komunitas.
Tentu, program sebesar MBG tidak lepas dari tantangan, mulai dari distribusi logistik hingga penentuan standar menu yang sesuai kearifan lokal. Namun, tantangan ini tidak boleh menjadi alasan untuk menghentikan program yang manfaatnya sudah terbukti. Sebaliknya, hal ini harus memicu evaluasi dan perbaikan sistem secara berkelanjutan, dengan melibatkan ahli gizi, pemerintah daerah, dan pengawas sekolah.
Sebagai ayah, saya merasa lega dan bersyukur. Saya melihat masa depan anak-anak saya semakin cerah karena kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Inilah inti dari pembangunan yang berkeadilan: negara hadir menjamin gizi anak-anaknya. MBG adalah manifestasi nyata dari komitmen negara untuk tidak meninggalkan satu pun anak bangsa dalam perjuangan menuju kesejahteraan.
Makan Bergizi Gratis adalah investasi peradaban yang menanamkan bibit keunggulan pada generasi calon pemimpin 2045. Ini bukan hanya masalah perut, tetapi masalah masa depan bangsa. Mari kita dukung penuh, awasi implementasinya, dan pastikan setiap anak Indonesia mendapatkan haknya atas gizi terbaik. Hanya dengan generasi yang sehat dan cerdas, mimpi Indonesia Emas 2045 akan benar-benar terwujud.
*) Disampaikan dalam sebuah diskusi bertajuk “Membangun Generasi Cerdas dan Sehat Menuju Generasi Emas 2045”


Tinggalkan komentar