Oleh : APG

Celoteh.Online – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sering dipandang sebagai organisasi besar, penuh dinamika, bahkan kadang hiruk-pikuk konflik dan perbedaan pandangan di dalamnya. Namun, di balik semua hiruk itu, ada sisi yang jarang disadari: menjadi bagian dari HMI pada hakikatnya adalah memilih jalan kesunyian.

Kesunyian di sini bukan berarti sepi tanpa aktivitas. Justru sebaliknya, jalan ini dipenuhi perdebatan gagasan, pergerakan di jalanan, dan dinamika organisasi. Akan tetapi, di tengah semua riuh itu, seorang kader HMI dituntut untuk menemukan dirinya sendiri, menemukan makna keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan dalam perjalanan yang seringkali sunyi secara batin.

Jalan kesunyian itu muncul ketika idealisme dipertarungkan dengan realitas. Saat seorang kader menolak hanyut dalam arus pragmatisme, ia merasakan sepi. Kesunyian juga hadir ketika prinsip diperjuangkan, sementara banyak orang memilih jalan pintas kekuasaan. HMI, dalam hakikat terdalamnya, mengajarkan bahwa tidak semua pilihan harus populer, tidak semua kebenaran harus diakui, dan tidak semua perjuangan akan disambut tepuk tangan.

HMI adalah jalan kesunyian karena ia menuntut kadernya berani berdiri tegak meski sendiri. Ia adalah tempat untuk menempah jiwa, mengasah nalar, dan meneguhkan iman, meskipun itu berarti berjalan dalam kesepian batin yang panjang.

Namun justru dari kesunyian itulah lahir kekuatan. Kesunyian melahirkan perenungan, perenungan melahirkan kesadaran, dan kesadaran melahirkan keberanian. Seorang kader yang memahami HMI sebagai jalan kesunyian akan melihat perjuangan bukan sekadar soal eksistensi organisasi, tetapi tentang membentuk manusia yang seutuhnya insan cita yang berpegang pada keislaman, keilmuan, dan pengabdian.

Maka, jika ada yang bertanya, apa itu HMI? Jawaban yang sederhana namun mendalam bisa jadi adalah: HMI adalah jalan kesunyian, jalan yang ditempuh oleh mereka yang berani berpikir, berani berjuang, dan berani setia pada kebenaran, meski harus berjalan sendirian.(*)

celotehmuda