
Sinjai, Celoteh.Online – Wabah Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) kembali mengancam stabilitas ekonomi warga pedesaan. Desa Lamatti Riaja, Kecamatan Bulupoddo, Kabupaten Sinjai, resmi ditetapkan sebagai zona merah penyebaran PMK pada ternak. Kondisi ini disampaikan oleh penyuluh peternakan desa setempat, Muhammad Akbar, pada Kamis, 24 Juli 2025.
“Saat ini Desa Lamatti Riaja sudah termasuk zona merah, sehingga vaksinasi PMK tidak bisa lagi dilakukan,” ujarnya.
Penetapan zona merah ini menjadi tamparan keras bagi masyarakat yang sebagian besar menggantungkan hidup dari sektor peternakan. PMK yang sebelumnya dianggap sebagai isu luar desa, kini menjangkiti sapi-sapi milik warga dan merusak roda ekonomi rumah tangga.

Menyadari kondisi krusial ini, Muh. Resky Aditya, mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang tengah menjalani Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Gelombang 114, bergerak cepat. Ia memprakarsai kegiatan sosialisasi pencegahan dan penanganan PMK yang dilaksanakan di aula Desa Lamatti Riaja, Kamis (24/7/2025).
Lebih dari 50 peternak hadir dan mengikuti kegiatan tersebut dengan antusias. Sosialisasi ini bukan hanya menjelaskan gejala dan penularan PMK, tetapi juga menekankan pentingnya tindakan preventif yang bisa dilakukan meskipun vaksinasi sudah tak memungkinkan.
“Tapi dengan adanya sosialisasi ini, masyarakat mulai mengerti tentang PMK dan cara pencegahannya,” kata Asdar, salah satu peserta sosialisasi.
Menurut Muhammad Akbar, sebenarnya PMK sudah pernah disosialisasikan pada tahun 2024 silam, bahkan vaksin sempat ditawarkan kepada warga. Namun, kurangnya kesadaran saat itu membuat banyak peternak menolak vaksinasi.
“Setelah wabah masuk, barulah banyak warga ingin divaksin, tetapi sayangnya sudah terlambat. Vaksinasi hanya bisa dilakukan pada daerah zona hijau,” ujarnya.
Minimnya pengetahuan masyarakat akan bahaya PMK menjadi titik lemah utama dalam penanganan wabah ini. Banyak warga yang tidak memahami bahwa penyakit ini bersifat sangat menular dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi dalam waktu singkat. Terlebih, di Desa Lamatti Riaja, hampir 70% penduduk menggantungkan hidup dari sektor peternakan rumahan.
Sosialisasi yang diprakarsai mahasiswa ini tidak berhenti pada teori semata. Dalam sesi akhir, Resky membagikan obat organik hasil racikannya sendiri yang berbahan dasar daun sirih dan antiseptik. Obat ini ditujukan sebagai penanganan awal bagi ternak yang terserang PMK ringan.
Adapun untuk kasus yang lebih berat, peternak diminta segera melapor kepada dinas peternakan setempat untuk penanganan lanjutan. Langkah ini diharapkan mampu memperlambat penyebaran dan memberi waktu bagi pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan lebih luas.
(Kontributor : Dwiki Luckinto Septiawan)

Tinggalkan komentar