
MAKASSAR – Celoteh.Online – Persaingan masuk sekolah negeri di Kota Makassar tahun ini semakin ketat. Dari total 22 ribu lebih pendaftar pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), hanya tersedia 8.508 kursi di sekolah negeri. Artinya, lebih dari 13 ribu calon siswa terancam tidak tertampung di sekolah negeri yang menjadi pilihan utama banyak keluarga.
Baca Juga : Hari Lingkungan Hidup, Pemkot Makassar Bersihkan Kanal Jongaya dan Pasar Pabaeng-baeng
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya angka anak putus sekolah, terutama di kawasan perkotaan seperti Makassar yang menjadi pusat pendidikan di Sulawesi Selatan. Situasi diperparah dengan fakta bahwa jalur masuk sekolah unggulan sudah rampung, dan empat SMA favorit yakni SMAN 1, SMAN 2, SMAN 5, dan SMAN 17 telah menampung 1.548 siswa dari jalur khusus tersebut.
Secara keseluruhan, daya tampung SMA dan SMK se-Sulsel mencapai 126.498 kursi—dengan rincian 80.040 kursi untuk SMA dan 46.908 kursi untuk SMK. Namun, angka itu masih harus disesuaikan dengan jumlah lulusan SMP yang diperkirakan mencapai 109.440 siswa di seluruh provinsi. Khusus Makassar, ketimpangan antara jumlah pendaftar dan kapasitas tampung sekolah negeri menjadi sorotan utama.
Kepala Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan, Iqbal Nadjamuddin, menyatakan bahwa pihaknya sedang membangun komunikasi intensif dengan sekolah-sekolah swasta guna menyediakan alternatif pendidikan bagi siswa yang tidak tertampung di sekolah negeri.
“Jika tidak tertampung di SMA negeri, kita arahkan ke sekolah swasta atau model lain seperti sekolah virtual atau homeschooling,” kata Iqbal saat diwawancarai, Jumat (13/6/2025).
Baca Juga : Dari Pete-Pete ke Sirene Damkar: Bima Arya Sidak Tanpa Protokol di Makassar
Iqbal menegaskan bahwa Disdik Sulsel berkomitmen agar seluruh anak usia sekolah tetap mendapatkan akses pendidikan, dengan catatan orang tua bersedia menerima penempatan sesuai alternatif yang ditawarkan.
“Regulasi akan kita siapkan. Intinya, kita siapkan alternatif agar semua anak bisa bersekolah,” lanjutnya.
Rendahnya angka rata-rata lama sekolah di Sulawesi Selatan yang hanya delapan tahun—setara dengan tingkat pendidikan kelas VIII SMP—menjadi indikator lain dari masih terbatasnya akses pendidikan menengah di wilayah ini. Artinya, banyak anak usia 16–18 tahun yang tidak bersekolah.
“Ini menunjukkan adanya anak-anak yang putus sekolah. Ini menjadi perhatian kita dalam perekrutan siswa baru tahun ini,” ujar Iqbal.
Baca Juga : Wamendagri Bima Arya Apresiasi Respons Damkarmat Makassar: Dua Menit Siap Bergerak
Disdik Sulsel menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dalam menangani persoalan ini, termasuk penguatan peran sekolah swasta, pemanfaatan sekolah terbuka, hingga perluasan program digital seperti sekolah virtual.
(Kontributor: Dwiki Luckinto Septiawan)

Tinggalkan komentar