Sumber Foto : Dwiki L Septiawan

Makassar, Sulawesi Selatan – Warga Desa Baba Binanga, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, terus menyuarakan penolakan terhadap tambang pasir yang dinilai merusak lingkungan dan kehidupan mereka. Penolakan ini telah berlangsung sejak tahun 2019 dan kini disuarakan hingga tingkat provinsi.

Vv


Salah satu warga, Bu Angka, dalam wawancara di YLBHI-LBH Makassar (Senin, 13/01/2024), mengungkapkan bahwa aktivitas tambang pasir memperburuk bencana alam yang sebelumnya sudah terjadi. “Waktu belum ada tambang, banjir sudah tinggi, tapi sekarang dampaknya lebih parah. Longsor makin sering terjadi di kebun dan tambak kami di dekat sungai,” ujar Bu Angka.


Ia menambahkan bahwa meskipun telah dibuat tanggul di sepanjang sungai, hal itu tidak cukup mengatasi kerusakan lingkungan yang semakin meluas. “Belum ada tambang saja sudah longsor. Kalau tambang terus beroperasi, kami akan kehilangan kebun dan tambak, sumber penghidupan utama kami,” tambahnya.

Baca juga : L-Kontak meminta BPK Audit Penggunaan Dana Desa

Bu Angka menegaskan bahwa masyarakat tidak pernah tergiur dengan janji manis pihak tambang. “Kami tidak butuh keuntungan dari tambang. Kami hanya ingin hidup dari hasil keringat kami sendiri,” katanya dengan tegas.


Sejak awal, warga telah melakukan berbagai aksi penolakan, mulai dari tingkat desa hingga kabupaten, namun sering kali diabaikan. “Kami memang tidak sekolah tinggi, tapi kami tahu hidup kami akan hancur jika tambang terus beroperasi,” ungkap Bu Angka.


Dalam seruan terakhirnya, Bu Angka mendesak pemerintah provinsi untuk lebih berpihak kepada rakyat kecil. “Tambang ini harus ditolak demi masa depan kami dan anak-anak kami. Jangan hanya berpihak pada perusahaan,” tutupnya.


Warga Desa Baba Binanga berharap pemerintah segera mengambil langkah nyata untuk melindungi lingkungan dan kesejahteraan mereka dari ancaman tambang pasir. Reporter (Dwiki Luckianto Septiawan)

celotehmuda