Pada tahun 2018, publik sempat dihebohkan oleh penemuan tiga batu bertulis di kaki Gunung Galunggung, tepatnya di kawasan Blok Cipada Kebon 5, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya. Temuan ini mencuat setelah ramai diperbincangkan di media sosial, memicu berbagai spekulasi di tengah masyarakat. Ada yang mengaitkannya dengan legenda Gegerhanjuang sebagai asal mula Tasikmalaya, sementara yang lain menganggapnya sekadar karya manusia biasa dengan motif tertentu.

Aksara Sunda Baku: Tanda Zaman Modern?

Jika dilihat dari aksara yang terukir, batu ini menggunakan Aksara Sunda Baku (Kaganga) versi modern. Tulisan tersebut, jika diterjemahkan secara sepintas, berbunyi:
“lahana mapakasa kaNya kana galanga…”.

Namun, hal menarik yang mencolok adalah absennya tanda-tanda seperti pamaeh, pamepet, atau panolong, elemen penting dalam Aksara Sunda klasik. Apabila tanda-tanda itu digunakan, kemungkinan tulisan tersebut berbunyi:
“lahan mapak Kang kana galeng…”.

Dari sini, tulisan itu tampaknya menggunakan bahasa modern, bahkan dengan aksara Latin ‘N’ yang disisipkan. Dugaan pun menguat bahwa batu ini bukanlah peninggalan kuno, melainkan karya kontemporer.

Fakta di Balik Penemuan

Dikutip dari keterangan Mang Anang, salah satu pemilik lahan, batu tersebut ternyata hasil pahatan Mang Herman, pengurus Kebon 5. Menurut pengakuan Mang Herman, ia mendapat semacam wangsit untuk menuliskan sesuatu terkait Gegerhanjuang. Walau demikian, Anang menegaskan bahwa batu ini bukan situs sejarah Gegerhanjuang, melainkan murni hasil karya perorangan.

Bagaimana Mengenali Prasasti Asli?

Prasasti memiliki peran penting sebagai salah satu sumber sejarah primer. Selain menjadi dokumen hukum kerajaan, prasasti biasanya mencantumkan sambandha, yaitu alasan dikeluarkannya prasasti, seperti pajak, kemerdekaan desa, atau persembahan untuk bangunan suci. Proses pembuatan prasasti juga melibatkan sidang kerajaan, menjadikannya dokumen resmi yang kokoh secara hukum.

Untuk menilai keaslian prasasti, metode penelitian sejarah harus diterapkan dengan cermat. Ada empat tahap penting dalam penelitian sejarah:

  1. Heuristik

Tahap awal ini melibatkan pencarian sumber sejarah. Sumber terbagi menjadi:
• Primer: artefak, prasasti, dokumen asli, atau wawancara langsung.
• Sekunder: laporan penelitian, buku, atau ensiklopedia.

Contohnya, dalam penelitian candi, seorang peneliti harus mengumpulkan data primer dari situsnya sekaligus mempelajari sumber sekunder seperti buku atau laporan penelitian.

Tantangan:
• Bahasa kuno yang sulit dipahami.
• Kondisi sumber yang rapuh karena usia.
• Akses terbatas ke sumber tertentu.

  1. Kritik/Verifikasi

Pada tahap ini, sumber diuji keaslian dan kredibilitasnya melalui:
• Kritik Eksternal: Menguji bahan, penanggalan, dan autentisitas sumber.
• Kritik Internal: Menilai isi dan konteks sumber, seperti kredibilitas informan.

  1. Interpretasi

Fakta sejarah dianalisis dan ditafsirkan dengan menghubungkan berbagai data. Peneliti harus tetap objektif, meskipun sedikit subjektivitas yang rasional kadang diperlukan.

  1. Historiografi

Tahap akhir adalah penulisan sejarah berdasarkan fakta yang telah ditemukan, dianalisis, dan diverifikasi. Kaidah penulisan yang jelas dan konsisten harus diterapkan agar hasilnya ilmiah dan menarik.

Mengapa Penting Meneliti Prasasti?

Prasasti merupakan salah satu pintu masuk untuk memahami peradaban kuno, undang-undang kerajaan, hingga sistem sosial masyarakat masa lampau. Dalam konteks historiografi, prasasti biasanya masuk kategori tradisional, karena merupakan bagian dari dokumen peninggalan kerajaan nusantara.

Bagi generasi milenial yang telah diajarkan materi sejarah sejak sekolah, memahami prasasti mungkin tidak terlalu sulit. Namun, penelitian prasasti tetap membutuhkan pendekatan ilmiah dan ketelitian tinggi.

Penemuan batu bertulis di Galunggung ini menjadi pelajaran penting bahwa tidak semua benda bertulis otomatis merupakan warisan kuno. Proses verifikasi ilmiah harus dilakukan untuk memisahkan antara fakta sejarah dan mitos modern. (Sumber : fB pusaka bumi)


Eksplorasi konten lain dari Celoteh Online

Dukung kami dengan Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar

celotehmuda